Rabu, 09 Januari 2013

Seandainya bulan pada posisinya


        Seandainya bulan pada posisinya
                              Dulu
     Memang menyakitkan, bagaimana besarnya masalah kita,orang-orang lain akan tetap berjalan maju kedepan.
Tidak ada yang memahami walaupun ketika kita cerita mereka pasti akan bilang,”aku tau apa rasanya.”
Tapi mereka tidak benar-benar tahu, karena mereka tidak dalam posisi kita.
     Orang-orang lain akan memperlakukan kita seperti orang biasa lainnya.tanpa mereka tau apa yang sebenarnya kita alami.
Satu-satunya cara adalah aku harus berjalan maju ke depan. Dan aku harus melupakan dia begitu feri sampai tujuan. Sabang.
     Banyak alas an orang putus cinta
Ketidaksamaan antara yang kita beri untuk dia dengan apa yang kita terima dari dia.  Masalah internal sifat yang berbeda bahkan juga masalah eksternal seperti teman,pihak ketiga,orang tua, bahkan juga dengan agama.
Tapi aku ingin mengerti ini semua.

     Malam mulai menampakkan jati dirinya. Aku sekarang beradadidalam bus. Bus itu gelap,lampunya sudah dimatikan. Aku berusaha melihat di balik jendela kaca,semuanya terlihat bergitu gelap.cahaya bulan yang agak ranum hanya mampu menunjukkan sedikit saja pemandangan di luar.
Begitu gelapnya, sehingga apa yang aku lihat kaca adalah pantulan diriku sendiri, kulit hitam eksotis bercampur lumpur,baju hijau, rambut berantakan. Inilah aku sekarang.
     Iya,aneh! Dikaca tidak kelihatan apa-apa, padahal sebenarnya diluar sana ada pemandangan yang bagus untukdilihat. Tapi didalam bus sangat gelap. Mirip seperti hubunganku sekarang dengan dia,hubungan kami bisa segitu gelapnya padahal kami tahu dulu TIDAK.
Hubungan kami  sangatlah harmonis, seandainya bulan kembali pada posisinya dulu. Walaupun jauh tapi kami tetap melihatnya.melihat satu benda yang sama.
Dulu, waktu kita pacaran, dia pernah Tanya, “yank disana ada bulan gag?” dengan handphone di telinga kanan ku lirik ke atas dan aku bilang “ ini ada, dia lagi ditemenin sama bintangkan??’
Hahahaaha…..
Memang lucu, gimana jauhnya jarak kami terpisah antara dua pulau yang berbeda, tapi kami masih bias lihat satu benda yang sama, yaitu bulan.
Kami jadi terasa dekat.
     Disini tertutup kesrtiaan. Mungkin cinta kami sudah redup, pada hati yang tersakiti. Pada kepercayaan yang sudah lama sekarat lalu mati dengan biadap. Mungkin janji yang pernah kita kumandangkan dulu bisa dengan mudahnya dilupakan dikubur hidup-hidup setelah engkau mulai membuat perjanjian yang baru,janji yang mungkin tidak bias kau tepati.

Aku mencoba untuk tidur.

     Suara supir membangunkan karena telah sampai tujuan.
Dengan terlihatnya kota sabang.
Kutata kembali nasibku.
Insya Allah….
Aku sudah bias melupakan kamu. J

0 komentar:

Posting Komentar