Kamis, 06 September 2012

Ikatan hubungan Aceh dengan negeri China sudah berlangsung sejak 1000 tahun lalu, ditandai ketika Nian Niko Kian Khi yang dalam lagenda Aceh bergelar Panglima Putrou Neng datang ke Aceh pada tahun 1047 Masehi. Dia datang bersama 2000 pasukan mendarat di kawasan Lamuri, Aceh Besar setelah menaklukkan beberapa kerajaan kecil di pesisir Aceh.
Khian Khi menjadi sangat terkenal di Aceh karena mempunyai cerita unik yaitu memiliki suami sampai 100 orang. Konon diceritakan, dari 100 suaminya, 99 diantaranya merupakan pemuda pemuda anak orang berpengaruh di Aceh dan semua mareka bernasib tragis, terkapar meninggal diranjang saat malam pertama. Yang beruntung dan terhindar dari maut yaitu suaminya yang ke 100 bernama syeh Hudam asal Gujarat, India.
Diceritakan, sebelum mendirikan sebuah kerajaan di Lhokseumawe, tepatnya Gampong Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua lebih dulu menaklukkan beberapa kerajaan kecil dipesisir Aceh. Lalu Khian Khi berhasil menguasai kerajaan Lamuri di Aceh Besar dari tahun 1050 -1069 M. Daerah kekuasaannya semakin luas, yang akhirnya dia menetap di Blang Pulo dan membuat basis pertahanannya di Blang Lancang, sekarang lokasi pabrik instalasi gas alam cair (LNG).
Janda muda, yang kemudian bergelar pendekar Putrou Neng masih menginginkan daerah kekuasaan yang lebih luas lagi dengan menyerbu kerajaan Peureulak di Aceh Timur. Namun cita citanya kandas dan ia terpaksa harus menyerah kepada Panglima Syech Abdullah Kana'an. Syech Abdullah Kana’an yang diterkenal sebagai seorang baik hati tidak menagkap Nian Niko Kian Khi, cuma mengajak damai.  Oleh Panglima kerajaan Peureulak inilah kemudian Kian Khi diberi gelar Panglima Putrou Neng.
Dikisahkan, Panglima Putro Neng sangat cantik, tidaklah heran jika begitu banyak pemuda Aceh tergila-gila padanya. Sadar bahwa dia seorang rupawan, Putrou Neng mengajukan sejumlah syarat kepada siapa saja yang ingin memperisterikan dirinya, harus membawa mas kawin seguci.
Kiranya syarat yang diajukan Putro Neng ini tidak menjadi halangan bagi pemuda Aceh saat itu, terutama kaum bangsawannya. Begitu banyak pemuda yang berlomba untuk mempersuntingnya. Dikisahkan, dari sekian banyak yang antri, yang beruntung adalah seorang pemuda tampan bernama Meurah Johan, putera Raja Adi Gaunali dari kerajaan Lingge, Aceh Tengah.
Hari pesta besar pun ditetapkan. Kemudian, Meurah Johan yang disangka oleh banyak pemuda lainnya bernasib untung, tertimpa nasib buntung. Ketika dia akan mengecap manisnya malam pengantin, Meurah Johan tertimpa musibah. Yaitu pada keesokan harinya. orang banyak pada gempar. Meurah Johan didapatkan telah kaku tubuhnya di- atas pelaminan pengantin.
Kematian Meurah Johan disebutkan cukup misterius dan mereka baru mengetahui penyebab yaitu disaat jenazah dimandikan. Mareka mendapatkan tubuh Meurah Johan kebiru-biruan seperti tersengat kelingking. Bisik-bisik tentang misteri kematian Meurah Johan segera lenyap manakala si cantik jelita, Putrou Neng mendapat lamaran baru tentu yang berkenan di hatinya dan syarat yang harus dipenuhi.
Putrou Neng kembali menikah, kasusnya sama seperti nasib Meurah Johan, meninggal di tempat tidur dengan kebiru-biruan sekujur tubuh. Anehnya, kendati banyak pemuda yang meninggal dimalam pertama bersama Putro Neng tetap saja dilamar pemuda lainnya. Putrou Neng memang cantik sekali, namun dia sepertinya memiliki semacam azimat untuk menaklukkan hati lelaki.
Dikabarkan, dari sekian pemuda (kebanyakan anak raja) yang sudah mencapai 99 orang semua terkapar diranjang dengan tubuh kebiru biruan. Adalah pemuda yang ke-100 dia seorang syeh asal Gujarat, India. Syeh Hudam namanya. Dia berhasil mempersunting Putrou Neng dan tidak mengalami kematian seperti 99 suami semalam lainnya. Apa rahasia manjur dari Syeh Hudam.
Rupanya dia telah menyelidiki kasus demi kasus terhadap pemuda yang menikahi Putrou Neng. Dengan penuh perhitungan, Syeh Hudam pasang kuping sambil pasang mata-mata untuk menyelidiki cerita rakyat yang tinggal di sekitar istana sang janda jelita, Putro Neng. Ketrahuanlah kalau Putrou Neng di rambut bawahnya bersembunyi kalajengking. “Pantaslah”, sebut mareka.
Karuan saja, 99 orang pemuda yang kena sengat kalajengking, pada meninggal semua. Dan Syeh Hudam yang memiliki firasat lain coba pasang siasat, mengatur jarak sebelum menyentuh tubuh Putro Neng. Jarinya diberi minyak pembunuh bisa. Lalu kalajengking yang coba merayap terdentuh ujung jari Syeh Hudam disaat itu pula kalajengking  terkapar menemui ajalnya.
Syeh dari Gujarat ini selamat dan bisa berumah tangga dengan Putro Neng dengan aman dan nyaman . Namun kasihan, perkawinan mareka tidak mendapat keturunan. Putrou Neng meninggal di usia sudah tua. Kuburannya kini masih ada, sudah dipugar di desa Blang Pulo, di tepi jalan masuk pabrik instalasi gas alam cair  (LNG) Blang Lancang.
Sementara kuburan Syeh Hudam sendiri juga masih ada. Dia tidak dikuburkan di dekat Putrou Neng. Tapi di sebuah bukit di Blang Pulo. Baik kuburan Putrou Neng maupun kuburan Syeh Hudam, hingga kini tetap terpelihara.

0 komentar:

Posting Komentar