Khian
Khi menjadi sangat terkenal di Aceh karena mempunyai cerita unik yaitu
memiliki suami sampai 100 orang. Konon diceritakan, dari 100 suaminya,
99 diantaranya merupakan pemuda pemuda anak orang berpengaruh di Aceh
dan semua mareka bernasib tragis, terkapar meninggal diranjang saat
malam pertama. Yang beruntung dan terhindar dari maut yaitu suaminya
yang ke 100 bernama syeh Hudam asal Gujarat, India.
Diceritakan,
sebelum mendirikan sebuah kerajaan di Lhokseumawe, tepatnya Gampong
Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua lebih dulu menaklukkan beberapa kerajaan
kecil dipesisir Aceh. Lalu Khian Khi berhasil menguasai kerajaan Lamuri
di Aceh Besar dari tahun 1050 -1069 M. Daerah kekuasaannya semakin
luas, yang akhirnya dia menetap di Blang Pulo dan membuat basis
pertahanannya di Blang Lancang, sekarang lokasi pabrik instalasi gas
alam cair (LNG).
Janda
muda, yang kemudian bergelar pendekar Putrou Neng masih menginginkan
daerah kekuasaan yang lebih luas lagi dengan menyerbu kerajaan Peureulak
di Aceh Timur. Namun cita citanya kandas dan ia terpaksa harus menyerah
kepada Panglima Syech Abdullah Kana'an. Syech Abdullah Kana’an yang
diterkenal sebagai seorang baik hati tidak menagkap Nian Niko Kian Khi,
cuma mengajak damai. Oleh Panglima kerajaan Peureulak inilah kemudian Kian Khi diberi gelar Panglima Putrou Neng.
Dikisahkan,
Panglima Putro Neng sangat cantik, tidaklah heran jika begitu banyak
pemuda Aceh tergila-gila padanya. Sadar bahwa dia seorang rupawan,
Putrou Neng mengajukan sejumlah syarat kepada siapa saja yang ingin
memperisterikan dirinya, harus membawa mas kawin seguci.
Kiranya
syarat yang diajukan Putro Neng ini tidak menjadi halangan bagi pemuda
Aceh saat itu, terutama kaum bangsawannya. Begitu banyak pemuda yang
berlomba untuk mempersuntingnya. Dikisahkan, dari sekian banyak yang
antri, yang beruntung adalah seorang pemuda tampan bernama Meurah Johan,
putera Raja Adi Gaunali dari kerajaan Lingge, Aceh Tengah.
Hari
pesta besar pun ditetapkan. Kemudian, Meurah Johan yang disangka oleh
banyak pemuda lainnya bernasib untung, tertimpa nasib buntung. Ketika
dia akan mengecap manisnya malam pengantin, Meurah Johan tertimpa
musibah. Yaitu pada keesokan harinya. orang banyak pada gempar. Meurah
Johan didapatkan telah kaku tubuhnya di- atas pelaminan pengantin.
Kematian
Meurah Johan disebutkan cukup misterius dan mereka baru mengetahui
penyebab yaitu disaat jenazah dimandikan. Mareka mendapatkan tubuh
Meurah Johan kebiru-biruan seperti tersengat kelingking. Bisik-bisik
tentang misteri kematian Meurah Johan segera lenyap manakala si cantik
jelita, Putrou Neng mendapat lamaran baru tentu yang berkenan di hatinya
dan syarat yang harus dipenuhi.
Putrou
Neng kembali menikah, kasusnya sama seperti nasib Meurah Johan,
meninggal di tempat tidur dengan kebiru-biruan sekujur tubuh. Anehnya,
kendati banyak pemuda yang meninggal dimalam pertama bersama Putro Neng
tetap saja dilamar pemuda lainnya. Putrou Neng memang cantik sekali,
namun dia sepertinya memiliki semacam azimat untuk menaklukkan hati
lelaki.
Dikabarkan,
dari sekian pemuda (kebanyakan anak raja) yang sudah mencapai 99 orang
semua terkapar diranjang dengan tubuh kebiru biruan. Adalah pemuda yang
ke-100 dia seorang syeh asal Gujarat, India. Syeh Hudam namanya. Dia
berhasil mempersunting Putrou Neng dan tidak mengalami kematian seperti
99 suami semalam lainnya. Apa rahasia manjur dari Syeh Hudam.
Rupanya
dia telah menyelidiki kasus demi kasus terhadap pemuda yang menikahi
Putrou Neng. Dengan penuh perhitungan, Syeh Hudam pasang kuping sambil
pasang mata-mata untuk menyelidiki cerita rakyat yang tinggal di sekitar
istana sang janda jelita, Putro Neng. Ketrahuanlah kalau Putrou Neng di
rambut bawahnya bersembunyi kalajengking. “Pantaslah”, sebut mareka.
Karuan
saja, 99 orang pemuda yang kena sengat kalajengking, pada meninggal
semua. Dan Syeh Hudam yang memiliki firasat lain coba pasang siasat,
mengatur jarak sebelum menyentuh tubuh Putro Neng. Jarinya diberi minyak
pembunuh bisa. Lalu kalajengking yang coba merayap terdentuh ujung jari
Syeh Hudam disaat itu pula kalajengking terkapar menemui ajalnya.
Syeh
dari Gujarat ini selamat dan bisa berumah tangga dengan Putro Neng
dengan aman dan nyaman . Namun kasihan, perkawinan mareka tidak mendapat
keturunan. Putrou Neng meninggal di usia sudah tua. Kuburannya kini
masih ada, sudah dipugar di desa Blang Pulo, di tepi jalan masuk pabrik
instalasi gas alam cair (LNG) Blang Lancang.
Sementara
kuburan Syeh Hudam sendiri juga masih ada. Dia tidak dikuburkan di
dekat Putrou Neng. Tapi di sebuah bukit di Blang Pulo. Baik kuburan
Putrou Neng maupun kuburan Syeh Hudam, hingga kini tetap terpelihara.
0 komentar:
Posting Komentar